Minggu, 15 April 2018

JADWAL CUCI BAJU YANG BARU




Hari Minggu 5 Maret 2018 lalu, kami bermusyawarah dan mufakat dalam rangka merevisi jadwal cuci baju bagi seluruh anggota keluarga.
Penyesuaian jadwal cuci baju ini harus dilakukan karena berkaitan dengan Azza yang jam KBM sekolahnya saat ini bergeser menjadi pagi hari.

Lalu kenapa di rumah kami harus ada penjadwalan perihal cuci baju? Ya karena terkait dengan pemakaian mesin cuci dan hanger/gantungan baju yang jumlahnya terbatas. Di rumah kami hanya ada satu mesin cuci, sedangkan ada 5 orang pemakai setianya. Dapat dibayangkan bagaimana riuhnya rebutan memakai mesin cuci ini jika tidak ada jadwal cuci, dan semua orang kebetulan ingin mencuci baju di hari yang sama.

Yes… 4 dari 5 orang anak-anak saya sudah beberapa tahun terakhir ini memiliki tanggung jawab untuk mencuci sendiri pakaian mereka. Hanya si bungsu Rihal saja yang masih saya cucikan bajunya. Walaupun Rihal terkadang juga ingin mencuci baju sendiri, tapi belum menjadi kewajiban untuknya.

Kebijakan ini adalah kesepakatan bersama sebagai akibat dari keruwetan yang terjadi selama bertahun-tahun dalam pencarian baju-baju. Saat semua baju seluruh anggota keluarga masih saya cucikan dulu, anak-anak kerap bertanya: “Miy, bajuku yang gambar superman dimana?”, “Miy, celana pramuka panjang yang kantongnya banyak dimana ya?”

Walaupun sudah ada aturan bahwa baju apapun yang ingin dipakai, mereka harus cari sendiri dimana rimbanya tanpa bertanya kepada saya, namun dalam keadaan terburu-buru tetap saja pertanyaan tersebut sering terdengar.
Sementara saya, sebagai penguasa tunggal mesin cuci di rumah saat itu, jujur saja tidak sanggup menghafal dan mengingat dimana satu per satu tiap lembar pakaian seluruh warga rumah berada.

Ya bayangkan saja, dengan rumah berpenghuni 7 orang, mayoritas laki-laki yang gemar kegiatan outdoor dan berkeringat, sedikit-sedikit ganti baju. Dalam sehari cucian saya bisa berjumlah lebih dari 50 potong baju. Sementara pos-pos baju di rumah adalah:
1. Keranjang baju kotor yang belum dicuci.
2. tabung penggiling di mesin cuci
3. tabung pengering di mesin cuci
4. Keranjang baju bersih yang belum dijemur karena belum kebagian tempat di jemuran (jika musim hujan)
5. Jemuran pakaian
6. Keranjang pakaian bersih yang belum di setrika
7. Keranjang pakaian bersih yang sudah disetrika tapi belum masuk lemari
8. Lemari, sebagai destinasi final pakaian bersih

Nah terus terang saja, kapasitas memori otak saya memang terbatas untuk bisa mengingat di pos manakah baju warna biru bergambar superman berada. Padahal memori saya pun harus terbagi juga untuk urusan-urusan lain selain baju. Dan untuk anak-anak, dalam kondisi terburu-buru, melakukan investigasi baju di 8 pos tersebut adalah hal yang merepotkan dan menyita waktu.

Akhirnya dalam salah satu musyawarah keluarga, kami memutuskan melakukan uji coba mencuci baju mandiri selama 2 minggu. Karena toh, saat itu, anak-anak saya memang sudah mengetahui tata cara mencuci baju secara manual dengan tangan.



Setelah uji coba selama 2 minggu, ternyata anak-anak merasa lebih nyaman mencuci dan menyetrika sendiri baju-baju mereka. Dengan jadwal cuci tiap orang yang 2x seminggu, hanya baju mereka sendiri yang dicuci, jumlah cucian jadi terlihat sedikit. Dan masing-masing anak dapat mengingat dan mengetahui dengan pasti dimana setiap helai pakaian mereka berada. Keriuhan pencarian baju di rumah pun menjadi sangat sangat sangat minim dan jarang terjadi.

Pernah suatu ketika, nenek mereka berkunjung di akhir pekan. Karena rasa sayangnya pada cucu-cucu, melihat ember pakaian kotor yang penuh belum dicuci, maka sang nenek pun berinisiatif mencucikan pakaian-pakaian mereka. Setelah kering pun disetrikakan oleh nenek. Setelah semua cucian anak-anak rapi disetrika, baru nenek pulang ke rumah. Anak-anak pun gembira mendapat bala bantuan mencuci di akhir pekan itu.

Saat akhir pekan berganti menjadi  senin pagi, ceritanya jadi berbeda…. keriuhan luar biasa terjadi pagi itu. Seragam putihku dimana? Kaos dalamku ditaruh mana sih? Kaos kakiku dimana? Dan sebagainya dan seterusnya…

Setiap anak mendapat jatah space jemur masing-masing


Akhir pekan berikutnya, hal yang sama terulang. Bala bantuan nenek datang di akhir pekan. Dan keriuhan yang sama kembali terjadi di senin pagi berikutnya.

Saat akhir pekan selanjutnya datang, sabtu pagi ketika kami sedang nyemil sembari nonton tv, terdengar suara salam nenek dan suara pintu pagar dibuka. Tiba-tiba anak-anak saya loncat bangkit dari duduk dan ngacir lari ke belakang. Awalnya saya bingung melihat polah mereka. Sekitar satu jam kemudian, saat saya masuk ke kamar saya…. jeng.. jeeeeeng…. hoalaaah semua ember pakaian kotor anak-anak kok kompak migrasi ke kamar saya. Lah kepiye tho ikie?

Salah satu anak saya yang kebetulan melihat saya masuk ke kamar buru-buru menjelaskan, “ssst.. titip dulu di kamar umiy ya.. biar ga dicuciin. Kan cuma kamar umiy yang ga bakal periksa.”
Ooo… seperti ituuu… beklah.. (ngakak dalam hati).


Load disqus comments

0 komentar

Designed By Risa Hananti. Diberdayakan oleh Blogger.