Jumat, 19 Januari 2018

Fitrah Seksualitas: Memasak Profesional

Memasak...
Selama ini identik dengan kaum hawa dan dianggap sebagai pekerjaan feminin.

Sejauh ini, praktek pembagian tugas domestik di rumah kami sih secara umum tidak terlalu membedakan gender. Semua anak punya tanggungjawab yang sama terhadap pekerjaan rumah tangga. Menyapu, mengepel, cuci piring, cuci baju masing-masing, setrika, beberes kamar dan rumah semua dilakukan bersama.
Termasuk juga dengan memasak dalam level ringan. Seperti menanak nasi, menggoreng telur. Anak-anak juga sering berkreasi sederhana membuat masakan semau gue sesuai keinginan hati.

Ya karena saya belum menemukan referensi ayat ataupun sunnah yang menyebutkan bahwa tugas domestik rumah tangga, termasuk memasak adalah kewajiban perempuan.
Jadi ketimbang goreng telur, rebus mie instan atau masak sayur yang sederhana aja sih gak apa kali ah anak cowok juga ikutan.


Naaaah
Sejak si sulung Rhuma memutuskan masuk SMK jurusan Jasa Boga, paradigma saya jadi sedikit bergeser.
Saya jadi tahu banyak info kuliner dan memasak dari Rhuma.
Ternyata dalam level profesional, memasak itu termasuk pekerjaan lelaki.

Jangan bayangkan didominasi oleh golongan cowok melambai ya.
Karena ternyata pekerjaan di are food and beverages itu menuntut kekuatan fisik yang mumpuni. Dan seorang wanita diasumsikan tidak cukup kuat untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan fisik di dapur berstandard internasional. Angkut dan cuci piring kaca tebal hingga ribuan buah dalam hitungan waktu sekian jam. Memindahkan aneka alat masak yang berat. Dan sebagainya.

Dua minggu terakhir Rhuma memulai PKL, yang dijadwalkan akan berlangsung selama 6 bulan ke depan, di salah satu hotel berbintang di pusat Jakarta.



Jadilah setiap hari selama dua minggu ini saya mendengar kisah kasih di dapur. Hotel Sari, tempat Rhuma PKL, ternyata salah satu yang memiliki ragam jenis dapur terlengkap.

Ada dapur khusus masakan Jepang, masakan Cina, masakan western, masakan tradisional. Dapur butcher atau olah daging. Juga dapur pastry.

Hal pertama yang ditanyakan chef kepala saat bertemu Rhuma adalah "Kamu spesialis di dapur apa? Bukan pastry kan?"

Jawab Rhuma "Bukan chef. Saya hot kitchen."
Kata sang Chef, "Bagus.. Saya paling malas kalau ketemu cowok spesialis pastry. Biasanya pasti melambai."

Hohoho...
Info baru nih untuk saya.
Ternyata area pastry itu identik dengan kaum hawa. Karena membutuhkan sense  dan taste serta kelembutan juga kejelian wanita. Maka kaum adam yang nyemplung di ranah pastry, umumnya adalah mereka yang juga memiliki sense, taste, kelembutan dan kejelian wanita.



Di lain hari Rhuma berkisah tentang kunjungannya ke dapur butcher, area perdagingan. Dengan alat-alat potong daging dan tulang yang lebih mirip perkakas pertukangan. Gergaji mesin beraneka model dan ukuran. Bermacam golok super besar. Di dapur ini bisa dipastikan tak ada personel wanita hehe. Gak bakal kuat angkat alatnya, kata Rhuma.

Cerita dapur butcher membuat saya teringat kisah Mahabharata. Saat pandawa dikisahkan menyamar di negara Wirata dalam pembuangan mereka, tokoh Bima yang berbadan paling besar pun diceritakan menyamar sebagai tukang masak dan tukang potong daging di dapur istana wkwkkwkwk.

Jadi..
Masih keukeuh berpikir bahwa memasak bukanlah ranah pekerjaan lelaki?




#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak
#day16


Load disqus comments

0 komentar

Designed By Risa Hananti. Diberdayakan oleh Blogger.