30 menit setelah saya selesai mengetik posting terakhir saya semalam, Opung berpulang ke Sang Pencipta.
Ini kali kedua saya dan anak-anak mengalami pengalaman batin ditinggal pergi selamanya oleh anggota keluarga yang terbilang dekat dengan kami. Dekat dalam arti garis darah, dekat secara batin, bahkan dekat dalam hitungan jarak tempuh domisili rumah kami.
Sebelumnya kami hanya punya pengalaman menjadi pelayat bagi jenazah dan keluarga yang ditinggalkan. Bertahun-tahun melihat prosesi perlakuan terhadap jasad-jasad para almarhum yang telah mendahului kami, saya sangat terharu dengan penghormatan dan rasa sayang para anak dan keponakan kepada Opung.
Semua anak dan cucu Opung, terutama yang lelaki (cucu laki-laki tertua hingga terkecil usia 8-17 tahun), ambil bagian dalam prosesi memandikan dan mengkafani jenazah Opung. Dan tidak menyerahkannya pada yayasan kematian yang datang untuk melaksanakan tugas. Petugas yayasan akhirnya hanya memberi petunjuk pada anak cucu Opung yang belum berpengalaman memandikan jenazah sesuai syariat agama islam.
Baru saya sadari,
Pemahaman tentang perlakuan terhadap jenazah orangtua/ kakek sesuai sunnah Rosul pun ternyata adalah bagian dari fitrah seksualitas, kewajiban dan tanggungjawab sesuai peran seorang manusia baik laki-laki ataupun perempuan.
Tidak semua anak cucu mampu dan mau memandikan jenazah orangtua/kakek/nenek mereka. Karena itulah hadir bisnis yayasan kematian.
Sesuai sunnah yang kami pahami, bahwa jenazah lelaki sebaiknya dimandikan oleh keluarganya yang sesama laki-laki. Dan jenazah perempuan pun sebaiknya dimandikan oleh anggota keluarga sesama perempuan.
Ini semestinya adalah fitrah akhir seorang anak kepada orangtuanya di dunia.
Alhamdulillah...
Suami, ipar, Anak-anak dan keponakan saya hari ini mendapat ilmu baru. Pengalaman baru.
Bagaimana cara memuliakan jenazah orangtua/ sesepuh kami.
Terharu. Bangga. Bersyukur.
#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak
#day13
0 komentar