Kali ini saya mau cerita tentang adat kebiasaan MINTA MAAF.
Membiasakan diri untuk Minta maaf pada anak, dapat mengandung banyak nilai hidup, antara lain:
1. Kejujuran
2. Sportivitas
3. Bertanggungjawab
4. Kesiapan mental menerima konsekuensi atau resiko dari perbuatan
5. Introspeksi atau koreksi diri
Nah, jika bicara tentang nilai hidup....
Nilai hidup itu ditanamkan...
Bukan diinstruksikan
Karena nilai harus meresap ke hati dan mbalung sumsum.
Cara menanamkan suatu nilai ke anak yg paling efektif adalah dengan melakukannya juga... Sehingga memberi teladan dn contoh untuk anak
Karena anak-anak akan mengamati mencerna dn menyerap nilai-nilai yang diterapkan orangtua
Nilai hidup akan sulit ditanamkan dengan cara bertutur atau nasihat
Dijamin hanya akan masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
Banyak orangtua mengeluh, "Saya sudah sering memberi contoh minta maaf.. Tapi kok anak saya tetap sulit utk minta maaf kalau punya salah. Bahkan diminta untuk minta maaf pun sepertinya terpaksa dan tidak terlihat merasa bersalah."
Kenapa bisa begitu?
Ternyataaa...
Karena cara orangtua saat meminta maaf pada anak disertai penjelasan dan nasihat panjang lebar.
Cara minta maaf yang seperti ini ibarat mencari pembenaran dan melempar balik kesalahan ke anak
Contoh:
"Mama ga bakal cubit kamu kalau kamu tidak bla bla bla...
Mama ga mungkin cubit kmu tanpa alasan"
Mint Maaf dengan cara seperti itu,
Si mama tidak mencontohkan sikap sportif. Tidak mencontohkan introspeksi diri.
Sebaliknya, hanya mencontohkan lempar kesalahan ke org lain
Akibatnya... Anak akan menyerap bahwa: SETIAP KALI AKU MELAKUKAN KESALAHAN, ITU HANYALAH AKIBAT DARI KESALAHAN ORANG LAIN.
Jadi yang sebenarnya bersalah tuh dia, BUKAN aku!
Dengan menyerap pemahaman itu, maka jangan heran jangan bingung jika anak tidak akan pernah merasa melakukan kesalahan.
Tidak akan bisa introspeksi diri.
Merasa selalu benar.
Dahulu kala di masa jahiliyah, saya juga minta maaf dengan cara seperti itu. Dengan rumusan minta maaf:
MINTA MAAF + ALASAN/ EXCUSE + NASEHAT agar anak saya tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Sampai di satu masa saya coba untuk merubah cara saya minta maaf. Dengan say a simple sorry.
Misalnya, jika saya kelepasan membentak anak-anak, maka saya hanya berkata: "Maaf ya tadi umi sudah bentak-bentak Nyun."
TITIK.
Tidak menjelaskan apapun atau menjabarkan lagi kesalahan apa yang dilakukan Nyun aka Rihal, sehingga saya menjadi terpancing emosi dan membentak dia.
Tidak melanjutkan dengan nasehat tutur-tutur panjang lebar agar Rihal tidak malkukan lagi kesalahan yang sama.
Dan ternyata....
Fitrah seorang anak kecil, usia balita sekalipun, Alloh memberinya hati, naluri dan kemampuan untuk merasakan/mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Jadi tanpa saya melemparkan dan menyebutkan, Rihal merasa dan tahu, bahwa saya membentak karena dia yang terlebih dulu melakukan kesalahan.
Sehingga setelah saya minta maaf karena membentak, dia juga biasanya akan ikut minta maaf karena kesalahan yang dilakukan sehingga membuat saya mengeluarkan jurus bentak maut.
Hal yang sama juga berlaku pada empat orang kakak Rihal.
Dan saya amati, sejak saya merubah cara minta maaf, kelima anak saya jadi jauuuuuuh lebih mudah untuk minta maaf jika melakukan kesalahan.
0 komentar