Tadi malam, Rihal merengek minta dibelikan bubur bayi instan sebagai menu makan malamnya. Jangan heran jangan kaget, kami sekeluarga memang masih menggemari menyantap bubur bayi instan rasa pusang, beras merah, kacang hijau dll sebagai kudapan iseng. Tapi permintaan Rihal semalam rasanya berat untuk saya turuti, sebab di meja makan telah terhidang ikan asap, sambal matah, rendang dan lalap sayur. Artinya, membeli bubur bayi instan saat itu akan menjadi suatu pemborosan dan berpotensi mengakibatkan mubazir pada makanan yang sudah tersaji.
Dan seperti biasa, jika anak-anak saya meminta sesuatu yang tidak 'urgent' serta sifatnya hanya keinginan sesaat, maka saya akan meminta mereka mengambil kertas dan pulpen. Serta menuliskan 15 alasan kenapa mereka layak untuk dibelikan barang tersebut.
Dan kali ini Rihal hanya mampu menuliskan 3 alasan kenapa menurutnya harus dibelikan bubur instan:
1. Karena bubur bayi rasanya enak.
2. Karena bubur bayi itu sehat.
3. Karena bubur bayi itu rasanya sedap.
Kami pun berdiskusi membahas ketiga alasan tersebut. Kurang lebih beginilah dialog kami semalam:
Me: satu... Karena bubur bayi rasanya enak. Kalau ikan asap, rendang enak ga nyun?
Nyun: enak juga..
Me: dua.. Kerana bubur bayi itu sehat. Trus ikan asap dan rendang sama sayur sehat ga?
Nyun: hehehe (mulai nyengir) sehat juga..
Me: tiga.. Karena bubur bayi rasanya sedap.. Yaa ini sih sama aja sama nomor satu dong...
Nyun: (tertawa ngakak)...
Me: sekarang umi yang tanya... Nyun punya uang untuk beli bubur bayi nya?
Nyun: Ga punya..
Me: Jadi?
Nyun: Yaudah kapan-kapan aja deh...
Setelah selesai dengan Rihal... gantian Ai yang 'rikues' dibelikan smartphone.
Dan kembali saya minta Ai menuliskan 15 alasan kenapa harus punya smartphone. Alasan-alasan Ai dapat dilihat pada foto dibawah. Setiap poin alasan kami diskusikan satu per satu, dan dicari alternatif lain selain dengan hp. Hingga akhirnya Ai mengambil kesimpulan sendiri, bahwa:
"Hp smartphone sekarang adalah KEINGINAN dan KEBUTUHAN untuk Ai. Sebenarnya Ai masih bisa kerjain semua tanpa hp, tapi ya jadi sedikit lebih repot. Tapi repotnya bisa jadi bermanfaat juga sih."
So far...
Trik '15 Reasons Why' ini masih menjadi salah satu andalan saya untuk memberi pemahaman pada anak-anak saya tentang skala prioritas kebutuhan. Apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan, atau hanya keinginan semata.
Ketimbang saya capek bertutur dan ceramah panjang lebar tentang keinginan vs kebutuhan, tentang manfaat vs mudhorot, tentang mubazir... yang mana ceramah panjang lebar mungkin saja hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan saja. Dengan '15 Reasons Why' ini bagi saya jauh lebih efektif untuk mengajak anak-anak saya berpikir tentang manfaat dan mudhorot. Lebih efektif untuk mengajak mereka memilah antara keinginan dan kebutuhan. Dan akhirnya mereka sendiri yang 'realized and find out', lalu memutuskan apakah suatu barang benar-benar harus dibeli sekarang, atau bisa ditunda, atau bahkan tidak perlu dibeli.
0 komentar