Minggu, 09 Oktober 2022

Ayo Dukung Edukasi dan Optimalisasi Wakaf

Akhir pekan lalu saya berkesempatan menghadiri sejenak Rapat Kerja Forum Jurnalis Wakaf Indonesia dan mendengarkan tumpah ruah ilmu tentang wakaf dari para narasumber yang sangat mumpuni. 

Wakaf sebagai dana umat memang tak sepopuler zakat, infak atau sedekah. Selama ini stigma yang melekat di benak masyarakat adalah bahwa zakat merupakan kewajiban setiap muslim, infak dan sedekah sunnah namun masih dapat diupayakan untuk diamalkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Sementara wakaf, seolah hanya dapat dilaksanakan oleh mereka yang sudah memiliki banyak aset sebagai kaum aghniya. 

Wakaf yang umum dan populer dilaksanakan selama ini pun masih seputar aset mengendap 3M (makam, madrasah dan mesjid). Padahal menurut Ketua MUI, M. Cholil Nafis, "Wakaf idealnya adalah aset produktif yang menghasilkan." Artinya bahwa aset likuid pun ternyata dapat diwakafkan. 

Menurut Adi Warman Karim, Komisaris Utama BSI, "Tak perlu menunggu jadi orang kaya untuk bisa berwakaf."
Pernyataan-pernyataan tersebut tentu belum akrab terdengar di masyarakat perihal wakaf. Oleh sebab itu Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan perlunya edukasi dan literasi wakaf bagi masyarakat agar dapat memahami secara utuh segala hal tentang wakaf. 

Dalam pembukaan Rapat Kerja perdana Forum Jurnalis Wakaf Indonesia (Forjukafi),  Wahyu Muryadi, Ketua Umum Forjukafi menyebutkan, "Potensi wakaf dapat menjadi instrumen ekonomi yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat, bukan hanya untuk kaum muslim saja, sebab ternyata pemanfaatan wakaf pun dapat diperuntukkan untuk umat agama apa pun."

"Untuk itulah Forjukafi didirikan, sebagai upaya edukasi dan literasi wakaf bagi umat. Forjukafi adalah kumpulan jurnalis yang peduli pada isu pemanfaatan/optimalisasi wakaf. Wakaf selama ini adalah isu yang kalah populer dari isu zakat,  infak, sedekah maupun donasi. Padahal potensi wakaf tak kalah besar dibanding zakat, infak, sedekah dan donasi."

Bagi masyarakat umum, wakaf memang belum menjadi peluang penguatan ekonomi yang menarik perhatian. Sehingga meskipun raihan wakaf makin meningkat dari tahun ke tahun, namun masih tergolong rendah dibandingkan sektor zakat atau infak. Karena itu perlu ditingkatkan upaya literasi dan pemahaman tentang wakaf bagi masyarakat. 
Dalam acara yang dibuka oleh Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo ini, saya mendapat informasi perihal beberapa fakta menarik tentang wakaf yang belum banyak diketahui antara lain, konsep wakaf tidak hanya aset tidak bergerak, namun juga aset cair berupa uang. Hal ini tentunya perlu diedukasi pada masyarakat. Peruntukan penggunaan wakaf juga ternnyata tak hanya untuk keperluan ibadah atau tempat ibadah, tapi juga untuk pendidikan, kesehatan dan sosial. 

Pelayanan manajemen wakaf juga perlu transparan dan akuntabel pada masyarakat. Perlu juga dibentuk lembaga kelola wakaf yang terpercaya. Sosialisasi pemberitaan dan informasi tentang wakaf juga perlu ditingkatkan agar wakaf semakin akrab serta diketahui oleh masyarakat. Sementara itu, menurut Asro Kamal Rokan (Mantan Pemred LKBN) dalam kesempatan yang sama, "Kesuksesan kelola wakaf sebetulnya sudah banyak cerita. Hanya saja yang lebih banyak tersorot adalah berita kegagalan kelola wakaf."

Sukses dan gagalnya pengelolaan wakaf ini tentu tak lepas dari peran seorang nadzir dalam mengemban amanat untuk mengelola aset atau dana wakaf. Sehingga menurut Imam Teguh Saptono, pengurus BWI (Badan Wakaf Indonesia) profesionalitas seorang nadzir menjadi syarat mutlak bagi optimalisasi wakaf. 
Syarat menjadi nadzir, antara lain:
1. Punya data aset wakaf
2. Memiliki literasi tentang wakaf yang mumpuni. 
3. Memiliki jejaring/networking agar aset wakaf dapat makin berkembang.

Imam juga menyampaikan perkembangan pola dan peran nadzir dalam pengelolaan wakaf, "Nadzir zaman dulu berpola:
Kumpulkan aset wakaf lalu langsung mencari penerima wakaf untuk menerima sumbangan wakaf. Sedangkan Nadzir wakaf pola kekinian adalah kumpulkan aset wakaf kemudian kembangkan aset tersebut, baru mencari penerima sumbangan wakaf."
Masih kata Imam, perkara transparansi pengelolaan dana wakaf juga perlu mendapat perhatian penting agar kepercayaan masyarakat kepada lembaga pengelola wakaf terjaga bahkan meningkat. "Indonesia belum memiliki Indonesia Philantrophy Watch, atau badan pemantau check and balance terhadap badan pengelolaan dana umat. Sebagai contoh terjadinya kasus ACT membuktikan bahwa badan pengawas terhadap lembaga-lembaga penghimpun dana umat sudah menjadi kebutuhan. Sama seperti dunia perbankan yang memiliki badan pengawas."

Hal-hal tersebut di atas menjadi beberapa poin tentang wakaf yang perlu disosialisasikan serta diedukasikan pada  khalayak umum. Forjukafi berniat mengambil peran penting edukasi dan literasi wakaf ini agar masyarakat makin melek wakaf. Sebagai warga masyarakat, saya pribadi menyambut baik langkah dan gebrakan Forjukafi ini. Bila perlu Forjukasi mengadakan pelatihan mini wakaf  bagi berbagai lapisan masyarakat, misalnya untuk para ibu rumah tangga, mahasiswa bahkan remaja. 

Bagi emak-emak visioner dengan tujuan hidup masa depan akhirat (bukan hanya masa depan duniawi), melirik wakaf sebagai salah satu sarana ibadah mungkin bisa menjadi pertimbangan yang layak dipikirkan. Ohya bagi para emak yang sudah melirik wakaf sebagai investasi akhirat, bisa juga menyalurkan wakafnya pada lembaga Jala Surga yang berkomitmen serius dan amanah untuk mengelola aset serta dana wakaf umat. 
Read more

Sabtu, 18 Juni 2022

Tips Pakaian Kerja Bebas Asap Rokok



 “Miy… Itu baju-baju Roha bau rokok deh… coba kamu cek, dia masih merokok apa gimana itu.”


Pesan Pak Suami suatu hari. Mungkin terkesan lebay bagi orang lain, namun bagi kami perkara rokok bukan masalah sepele. Rumah kami bebas asap roko, karena bagi kami merokok adalah salah satu dosa besar dalam keluarga hehe.

 

Bukan tanpa alasan tentunya. Dari sisi saya, keluarga besar saya nyaris tak mengenal rokok. Ayah saya (aka Eyang-nya anak-anak) tidak merokok, pun demikian dengan adik-adik kandung saya. Sementara dari sisi suami, Ayahnya mantan perokok berat yang kemudian kurang beruntung karena selama belasan tahun digerogoti penyakit sebagai imbas dari konsumsi rokok selama bertahun-tahun. Dan Pak Suami sendiri tidak lagi merokok jauh sebelum kami menikah.


Memiliki empat anak lelaki tentunya membuat topik rokok menjadi salah satu agenda pembicaraan wajib dalam diskusi keluarga. Beragam cara dan upaya kami lakukan untuk menjauhkan anak-anak dari godaan batang rokok yang terkutuk.

Rhuma, si sulung insyaallah dapat dipastikan hingga di usianya 21 tahun saat ini tidak pernah bersentuhan rokok dengan sengaja. Sejak memasuki usia remaja mindset-nya sudah terbentuk bahwa, “Merokok dan pacaran adalah kebodohan laki-laki  nan hakiki. Sebab keduanya hanya membuang uang tanpa manfaat.”


Di masa kelas 7 SMP ia bahkan lebih memilih keluar dari ekskul favoritnya (futsal) demi menjauhi asap rokok karena hampir semua teman sekolahnya menggemari merokok bersama seusai latihan rutin.


Tak demikian dengan kedua adiknya yang memiliki rasa penasaran level dewa terhadap batangan tembakau tersebut. Anak kedua dan ketiga saya selama beberapa masa di awal remaja sempat mencicipi rokok karena tergoda lingkup pergaulan walau masih pada taraf penasaran dan tidak menjadi kebiasaan serta kebutuhan.

Berbagai upaya dan doa kami panjatkan agar kedua anak itu dapat lepas total dari rokok. Bersyukur sudah beberapa tahun terakhir ini keduanya tak lagi bersinggungan dengan rokok.


Hingga beberapa waktu lalu mulai muncul kembali aroma-aroma khas tembakau dari baju-baju Roha, terutama setelah ia pulang kerja. Sebagai pribadi dewasa, saat ini anak kedua saya itu telah bekerja di salah satu perusahaan berbasis teknologi.

Permintaan Pak Suami membuat saya pelan-pelan mengorek keterangan dari Roha perihal aroma tembakau yang mulai mengganggu penciuman warga rumah.


Menurut keterangan Roha, ia bersumpah bahwa tak pernah lagi menyentuh batang tembakau itu lagi. Namun rekan-rekan kerja di kantor rata-rata adalah perokok, dan tak semua ruang di kantor adalah ruang berpendingin yang bebas rokok. Atas permintaan para karyawan yang mayoritas perokok, maka beberapa ruangan memang dirancang tanpa pendingin ruangan agar mereka bisa merokok. Dan Roha tak selamanya bisa menempatkan diri dalam ruang ber-AC agar terbebas dari paparan asap rokok. 


Sebagai perusahaan yang bergerak di industri kreatif, seringkali bahkan rapat digelar di ruangan santai dalam suasana ringan sembari ngopi dan ngerokok. Pada momen seperti itu tentu Roha tak dapat menghindar dari asap rokok.




“Coba aja deh Umiy cek nafasku, bau rokok gak? Kalau aku merokok kan pasti mulut dan nafasku juga bau rokok dong Miy.. ini kan cuma bajuku aja. Ruangannya gak terlalu gede, kan Umiy sudah pernah datang ke kantor ku, cuma ruko gitu kan. Kalau udah ngumpul pada ngerokok memang parah banget Miy baunya… Aku udah coba cara ini-itu waktu nyuci supaya baunya hilang total. Tapi kadang masih suka nyisa juga.”


Akhirnya selama beberapa waktu kami pun mencoba googling beragam tips menghilangkan aroma asap rokok pada pakaian. Bukan hanya perkara aroma saja ternyata, hasil penelusuran kami menyebutkan bahwa banyak akibat kesehatan lain yang timbul dari asap rokok yang menempel di pakaian.

Berbeda dengan perokok pasif atau secondhand smoker yang menghirup asap rokok secara langsung di udara, perokok pihak ketiga atau third hand smoker adalah seseorang yang terkena zat sisa asap rokok yang menempel di permukaan benda di sekitarnya.



 


Dampaknya terhadap kesehatan

1. Risiko penyakit kanker

Seperti paparan zat karsinogen pada umumnya, perokok pihak ketiga juga berisiko terkena kanker apabila berada di lingkungan yang terdapat zat sisa asap rokok dalam waktu yang lama.

Penelitian oleh ahli biokimia bernama Hang pada tahun 2013 menunjukkan dampak paparan third hand smokers yang  tertinggal  di  lingkungan  dapat  menyebabkan  terjadinya  kerusakan  sel  hingga  DNA.

Rusaknya rantai DNA dalam sel akibat paparan zat dari sisa asap rokok  dapat menyebabkan sel bermutasi menjadi sel kanker.

2. Kerusakan organ dalam tubuh

Tidak hanya kerusakan sel yang berakibat terhadap tumbuhnya sel kanker, sisa zat rokok juga berpotensi menyebabkan kerusakan pada sistem kardiovaskuler dan organ liver.

Penelitian oleh Martins-Green pada tahun 2014 menunjukkan bahwa dampak paparan third hand smoker di antaranya:

Terjadi  peningkatan  sel  lemak  tubuh  dan  kerusakan  pada liver  akibat peningkatan kadar lemak

Paparan zat sisa rokok memicu inflamasi paru yang dapat berakibat pada penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dan asma, serta menghambat penyembuhan luka pada permukaan kulit

3. Risiko diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 merupakan kondisi apabila terjadi resistensi insulin sehingga menghambat penggunaan glukosa dalam tubuh. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh tekanan oksidatif.

Menurut Martins-Green, berdasarkan hasil penelitiannya, paparan zat dari sisa asap rokok dapat menyebabkan peningkatan tekanan oksidatif sehingga dapat memicu dan memperburuk resistensi insulin dan menyebabkan diabetes tipe 2.


Beberapa tips menghilangkan asap rokok dari pakaian pun dicoba. Roha merasa cukup sreg menggunakan garam dapur untuk mencuci pakaiannya. Ohya FYI, semua anggota keluarga kami (hingga anak terkecil yang masih SD) memang mencuci pakaian kami masing-masing sesuai dengan jadwal yang disepakati bersama dalam musyawarah keluarga.


Roha membaca salah satu referensi bahwa salah satu kunci mencuci bersih pada layanan binatu adalah dengan mencampurkan garam dan baking soda ke dalam air cucian baju. Dengan menambahkan garam, Roha memang merasa pakaiannya menjadi lebih bersih. Hal ini membuatnya mengurangi penggunaan deterjen sebab menurutnya, “Kalau banyak deterjen tuh busanya juga banyak banget… susah menghilangkan busanya dengan total. Boros air jadinya. Aku lebih suka busa gak terlalu banyak. Kalau gak pakai garam rasanya kurnag bersih jika deterjennya cuma sedikit.”


Namun kemudian masalah baru pun muncul, pengurangan deterjen terkadang membuat pakaian menjadi kurang harum, sehingga terkadang aroma asap rokok masih tertangkap penciuman. Setelah mencoba beberapa cara, akhirnya masalah asap rokok menempel di pakaian kerja ini teratasi dengan berkat pelembut pakaian sekaligus pewangi pakaian terbaik: Molto Korean Strawberry


Asap rokok adalah salah satu bau membandel


Nah... berikut trik dan tips yang dilakukan Roha agar pakaian kerjanya terbebas dari asap rokok:

1. Merendam dan membilas pakaian dengan baking soda
2. Mencuci pakaian dengan sedikit deterjen dicampur garam
3. Membilas pakaian dengan air bersih
4. Merendam pakaian dengan pewangi pakaian Korea, Molto Korean Strawberry


Alhamdulillah, setelah menggunakan pelembut pakaian terbaik ini masalah aroma tembakau pada pakaian kerja Roha pun teratasi. Tak hanya Roha, sang kakak yang bekerja di bidang kuliner dan akrab dengan asap masakan pun kini ikut tertarik menggunakan Molto Korean Strawberry.
"Harumnya enak segar Miy. Aku kurang suka bau pewangi yang sweet dan seperti bayi gitu. Kita kan cowok, gak cocok dong aroma yang seperti itu. Kalau yang ini pas banget nih #WanginyaBikinJatuhCinta." kata Rhuma.

Lalu ketika suatu saat tanpa sengaja kami menemukan produk deterjen dari Rinso dengan aroma yang sama, maka tanpa ragu Roha dan Rhuma memilih beralih deterjen pada Rinso Korean Strawberry, "Supaya aromanya gak tabrakan sama bau deterjennya.", begitu alasan mereka.



Eh saya pun jadi tertarik juga menggunakan obat pel dengan aroma yang sama. Ternyata cukup disukai oleh warga rumah kami. Selama ini kami lebih sering mengepel dengan larutan desinfektan sebab aroma pilihan tiap anggota rumah cukup berbeda. si A suka lavender, si B menggemari aroma pinus dan sebagainya. Saya lumayan takjub ketika menggunakan Super Pel Korean Strawberry dan tak menerima protes dari satu orang pun warga rumah hahaha...




Pengalaman menggunakan tiga produk dengan aroma Korean Strawberry ternyata membuat saya penasaran untuk mencicip Sunlight Korean Strawberry juga sebagai perangkat tempur di dapur hehe.
Setali tiga uang, pencuci piring aroma ini pun tidak mengecewakan. Piring-piring jadi memiliki aroma yang lumayan berbeda dari aroma khas sabun cuci piring.



Sunlight Extra Korean Strawberry

Bersihkan Lemak dengan Kesegaran Korean Strawberry

 #WANGINYABIKINJATUHCINTA

Tangguh bersihkan lemak membandel dengan ekstrak jeruk nipis asli

Wangi Korean Strawberry yang menyegarkan

Piring bersih, kesat dan makin segar

Harga hanya Rp13,500!

 

Superpell Korean Strawberry

 

#WANGINYABIKINJATUHCINTA

Wangi menyegarkan terinspirasi dari kemewahan Korean Strawberry

Wangi tahan lama hingga 8 jam

Teknologi power clean yang membuat lantai kilau higienis maksimal

Lantai bersih higienis dan wangi Korean Strawberry

 

RINSO KOREAN STRAWBERRY POWDER 700 G

8 Keunggulan Rinso Bubuk:

1. Hilangkan bau tak sedap & bau apek pada pakaian 2. Hilangkan noda hanya 1x kucek

3. Jaga warna pakaian tetap cemerlang

4. Surfaktan mudah terurai

5. Mengandung ekstra pelembut, membuat serat kain lembut & halus 6. Lembut & tidak panas di tangan

7. Wangi Molto tahan lama hingga 21 hari

8. 99.99% efektif bunuh bakteri dan virus*

 

Produk tersebut bisa dibeli secara online di : E-commerce (Tokopedia, JD.ID) & Supermarkets

Read more

Kamis, 03 Desember 2020

PAKAI BATIK TULIS, ANGKAT PERAN SOSIAL EKONOMIS PEREMPUAN

Cakupan Kekerasan Berbasis Gender


Berbicara tentang Kekerasan Berbasis Gender, tentunya tak lepas dari sosok kaum perempuan yang kerap menjadi pihak marjinal. Selama ini, kebanyakan menganggap bahwa kekerasan berbasis gender terhadap perempuan hanya meliputi tindak kekerasan seksual, dan kekerasan fisik. Namun ternyata menurut Maria Ulfah Anshor dari Komisioner Komnas Perempuan dalam sesi webinar Anti Kekerasan Berbasis Gender, definisi cakupan kekerasan berbasis gender pada perempuan juga meliputi kekerasan psikis, kekerasan sosial dan kekerasan ekonomi.



Dalam kultur masyarakat patriarki kita, kekerasan sosial dan ekonomi pada perempuan justru sering sekali terjadi. Berwujud pembatasan ruang gerak perempuan, terutama yang berstatus istri. Juga termasuk di dalamnya adalah terbatasnya ruang gerak perempuan untuk mandiri secara ekonomi. Padahal di sisi lain, perempuan yang tak menghasilkan nafkah sendiri pun kerap dilecehkan oleh keluarga suami, karena dianggap sebagai benalu.


Batik Tulis dan Perempuan

Selama berabad-abad, sesungguhnya bangsa kita memiliki budaya kearifan lokal yang cukup mampu mengangkat peran sosial dan ekonomis perempuan. Batik tulis, adalah salah satu kearifan lokal bangsa Indonesia yang sarat makna dan keindahan. Cara pembuatan batik tulis yang rumit bahkan diakui para pemerhati fashion dunia sebagai rangkaian proses yang sangat mahal harganya. Proses pembuatan batik tulis ini bahkan sudah diakui sebagai warisan dunia non bendawi.

Batik tulis identik dengan perempuan. Awalnya, hanya perempuan bangsawan dan priyayi yang memiliki keterampilan membatik ini sebagai wujud aktualisasi diri, ungkapan jiwa seni dan pemenuhan kebutuhan batin untuk menyalurkan hobi. 

Perajin batik perempuan-www.google.com


Seiring waktu, keterampilan membatik meluas pada rakyat jelata yang kemudian berkembang menjadi sumber pemasukan bagi kaum perempuan. Perempuan di luar tembok keraton membuat batik tulis untuk mendapatkan penghasilan mandiri. Saat membuat batik pun, para perempuan ini kerap berkumpul bersama, sehingga proses pembuatan batik menjadi wujud sosialisasi produktif.


Tulis, Cap dan Print

Pamor batik tulis kini kian menurun dengan hadirnya batik cap dan batik printing. Anggapan umum yang menilai harga batik tulis sangat mahal, membuat batik cap dan batik printing dipandang sebagai solusi bagi penikmat batik dengan anggaran terbatas.

Pembuatan batik cap oleh kaum pria - detiktravel.com


Mesin printing batik-www.google.com


Namun tahukah, bahwa dengan membeli batik tulis berarti kita telah memberikan dukungan pada gerakan anti kekerasan berbasis gender?


Pewarnaan batik tulis oleh kaum pria-www.google.com


Hingga kini, batik tulis tetap diproduksi oleh kaum perempuan dalam proses melukis motif, dibantu tenaga pria saat proses pewarnaan. Sementara proses pembuatan batik cap lebih didominasi para pria. Sedangkan batik printing menggunakan mesin berteknologi yang cenderung menguntungkan kaum kapitalis.

Dengan setia membeli batik tulis, berarti kita memberi peluang para perempuan pembatik untuk dapat bersosialisasi lebih luas dan berdaya secara ekonomi. 


Batik Tulis Mahal?

Batik tulis identik dengan kerumitan corak yang kemudian berimbas pada harga yang tidak murah. Anggapan ini tidak sepenuhnya salah. Namun kini para perajin batik tulis pun melakukan beragam inovasi agar biaya produksi dapat ditekan. 

Foto koleksi www.tokopedia.com


Antara lain dengan merancang motif-motif batik yang lebih sederhana, dengan variasi warna cukup dua atau tiga macam warna dalam sehelai kain. Ide ini dapat memangkas tenaga dan durasi waktu pembuatan sehingga harga jual batik tulis pun lebih murah.

Batik tulis Garut koleksi pribadi

Batik tulis Papua koleksi pribadi


Motif minimalis ini juga terkesan lebih modern dan lebih mudah disukai oleh generasi milenial.

Karena itu, saya setia membeli batik tulis, sebagai salah satu bentuk dukungan bagi gerakan Anti Kekerasan Berbasis Gender.

Read more

Sabtu, 26 September 2020

MEMBANGUN KELUARGA PANCASILA MELALUI MUSYAWARAH KELUARGA



Musyawarah adalah warisan budaya asli bangsa Indonesia. Musyawarah juga menjadi bagian dari Pancasila yaitu implementasi dari sila keempat. Semua peraturan di rumah kami selalu berdasarkan kesepakatan bersama melalui forum musyawarah. Semua anggota keluarga bebas mengungkapkan keluhan, memberi pendapat saat musyawarah berlangsung. Dalam forum ini, kami bergotong royong  untuk memecahkan bersama semua masalah yang dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Musyawarah ini juga sangat membantu untuk melatih kreativitas berpikir dan nalar kritis anak untuk mencari solusi masalah. Juga melatih menerima kebhinekaan pendapat dan perasaan.



Akhlak Mulia

Dalam tiap ajang musyawarah keluarga, kami selalu mengawali dengan berdoa. Lalu seluruh anggota keluarga hingga anak terkecil akan bergantian menjadi pimpinan musyawarah. Tiap anggota keluarga akan berlatih untuk memimpin dan dipimpin oleh yang lain. Juga belajar menempatkan diri sesuai porsi, misalnya saja bagaimana harus menurunkan ego saat musyawarah ternyata dipimpin oleh si adik  yang berusia lebih muda.

Kebhinekaan 

Misalnya saat ingin menentukan Proyek Keluarga yang akan kami lakukan bersama di masa pandemi ini. Saat musyawarah, semua anggota keluarga mengajukan usulan proyek masing-masing, dan proyek KAMUS PERASAAN yang kemudian disepakati sebagai proyek untuk dilaksanakan.

Brainstorming ide keroyokan


Bernalar Kritis

Kamus Perasaan adalah salah satu tools  bagi anak-anak untuk dapat mengenali berbagai nuansa perasaan. Diharapkan dapat menjadi alat bantu untuk memahami perasaan diri sendiri adalah yang utama.  Sebab perasaan penyebab nyaris semua perilaku dan perbuatan manusia. Mengenali dan mengerti perasaan sendiri dan orang lain juga akan menjadi modal dasar kemampuan berempati. Bagi saya, proyek ini sekaligus akan menjadi salah satu alat ukur, sejauh mana anak-anak mengenal dan memahami aneka rasa perasaan manusia.

Dalam proyek ini, Rihal mengajukan diri menjadi Direktur Proyek. Dan melalui musyawarah, seluruh anggota keluarga mendukung dan mengesahkan  posisi Rihal sebagai direktur di proyek KAMUS PERASAAN.


Gotong Royong

Dan inilah susunan pejabat proyek KAMUS PERASAAN. Rihal (10th) menjabat sebagai Direktur. Bagian pembelian alat dan bahan adalah Roha (18th)  dan Azza (13th). Persiapan logistik  dilakukan oleh Ai (15th). Penentu  letak penempatan kamus setelah jadi dilakukan oleh Rhuma (19th). Sekretaris proyek diemban oleh Umiy alias saya sendiri. Dan konten isi kamus menjadi tanggungjawab seluruh anggota keluarga.

Kesimpulan hasil musyawarah


Mandiri

Musyawarah teknis proyek KAMUS PERASAAN ini berlangsung seru dan sedikit menggelikan. Karena sidang musyawarah kali ini dipimpin oleh Rihal (anggota keluarga termuda) sebagai direktur proyek. Seluruh peserta musyawarah bebas mengajukan usulan tentang pejabat proyek, alat bahan yang dibutuhkan, atau spot peletakan kamus perasaan. Tapi semua keputusan akhir disahkan oleh Pak Direktur Rihal. Proyek ini menjadi ajang bagi Rihal untuk berlatih mandiri mengambil keputusan sendiri. 

Hari H pelaksanaan sempat diawali dengan kisruh, Azza yang kecewa karena Roha melakukan tugas pembelian karton seorang diri tanpa mengikutsertakan dirinya, mengakibatkan Azza ngambek mengurung diri di kamar hingga tertidur. Ada usulan untuk menunda pelaksanaan hingga Azza bisa ikut serta, tapi Direktur Proyek memutuskan agar proyek tetap berjalan walaupun tanpa Azza.

Kreativitas

Meski secara tampilan fisik, proyek ini masih jauh dari sempurna. Namun seluruh anak berusaha berkreasi maksimal, mulai dari menentukan media yang akan dipakai, detil hiasan, hingga cara menulis. Juga penggunaan warna pada tulisan yang sebisa mungkin mewakili tiap perasaan.

   






Read more

Kamis, 17 September 2020

Anakku, Sang Pelajar Pancasila




Kemarin, saya mengikuti forum diskusi daring bersama Pusat Pengembangan Karakter Kemendikbud. Forum ini bermuatan sosialisasi terhadap pembinaan karakter pelajar yang ingin dicapai oleh Kemendikbud. Ada enam kriteria Pelajar Pancasila yang diinginkan Kemendikbud, yaitu;

  1.      Beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia
  2.    Mandiri
  3.      Bernalar kritis
  4.      Kebhinekaan global
  5.      Bergotong royong
  6.      Kreatif.

 Sebagai seorang ibu sekaligus guru di sekolah formal, tentu saja saya pun menginginkan semua anak dan murid-murid saya tumbuh menjadi pribadi dewasa dengan memiliki karakter Pancasila tersebut. Sebelum membina para siswa di sekolah, tentu saja saya berkewajiban untuk mebina terlebih dulu anak kandung di rumah. Ternyata sudah terbentuk budaya dalam keluarga saya yang mendukung penanaman karakter Pelajar Pancasila.

 

Shalat Berjamaah

Sebagai keluarga muslim, maka ritual shalat wajib lima kali dalam sehari adalah bagian dari rutinitas kami. Ada tiga waktu shalat dimana kami menyempatkan untuk melakukan dengan berjamaah, yaitu di waktu subuh, magrib dan isya. Setelah magrib menunggu isya pun biasanya kami manfaatkan untuk membaca Qur’an bersama. Jam tersebut juga menjadi masa tanpa gawai di rumah. sehingga menjadi waktu berkualitas bagi kami untuk membangun kelekatan keluarga.



Peraturan Berorientasi Surga

Banyak aturan dalam rumah kami yang berlandaskan sisi agamis. Salah satunya adalah kesepakatan untuk membersihkan kamar mandi bersama. Landasan dasar dari aturan ini adalah bahwa menurut hadist, kebersihan itu bagian dari iman. Kami sepakat bahwa setiap kali masuk kamar mandi, seluruh warga rumah wajib menyikat lantai kamar mandi. Selain untuk menjaga kebersihan dan keselamatan pemakai kamar mandi agar lantai tidak licin berlumut, ada pula aspek ibadah berpahala dari aksi sederhana ini. Karena itu, kemudian saya menempelkan aturan tersebut pada dinding kamar mandi, bertuliskan: CALON AHLI SURGA SELALU SIKAT LANTAI KAMAR MANDI SELAMA 1 MENIT SEBELUM KELUAR.



Musyawarah Keluarga

Semua peraturan di rumah kami selalu berdasarkan kesepakatan bersama melalui forum musyawarah keluarga yang rutin dilakukan. Semua anggota keluarga bebas mengungkapkan keluhan, juga bebas memberi pendapat atau ide saat musyawarah berlangsung. Dalam forum ini, kami bergotong royong di ranah kognisi untuk memecahkan bersama semua masalah yang dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Musyawarah ini juga sangat membantu untuk melatih kreativitas berpikir dan nalar kritis anak. Juga membiasakan anak untuk menerima berbagai kebhinekaan pendapat dan perasaan yang bisa jadi berbeda-beda untuk satu topik bahasan yang sama.



Calon Pemimpin

Dalam tiap ajang musyawarah keluarga, seluruh anggota keluarga hingga anak terkecil akan bergantian menjadi pimpinan musyawarah. Tiap anggota keluarga akan berlatih untuk memimpin dan dipimpin oleh yang lain. Juga belajar menempatkan diri sesuai porsi, misalnya saja bagaimana harus menurunkan ego saat musyawarah ternyata dipimpin oleh si adik bungsu yang secara usia jauh lebih muda.

Tim Keluarga



Sebagai Ibu Rumah Tangga tanpa asisten di rumah, maka membentuk anak-anak menjadi bagian dari Tim Kerja Keluarga adalah pilihan terbaik yang bisa saya lakukan. Semua pekerjaan domestik rumah tangga dikerjakan bersama tanpa membedakan gender anak laki atau perempuan. Setiap anak memiliki jadwal menyapu, mengepel rumah, juga jadwal untuk mencuci baju mereka sendiri. Selain untuk membentuk kemandirian, budaya gotong royong pun makin terasah. Bahkan menentukan menu masak pun kami lakukan bergiliran.

Read more

Minggu, 30 Agustus 2020

Belajar Bersuara dalam Demokrasi Digital Kelas


Kebebasan bersuara dalam memilih pemimpin merupakan salah satu karakter positif yang harus ditanamkan sejak dini, yaitu karakter mampu mengambil keputusan bagi diri sendiri. Hal ini umumnya sudah mulai dilatih sejak kecil dalam ruang-ruang kelas sekolah.

Biasanya, warga kelas akan memilih beberapa orang siswa sebagai calon pengurus kelas. Kemudian seluruh siswa sekelas dapat menyalurkan suara melalui gulungan kertas kecil. Hasil pemilihan kemudian dilihat dan dihitung bersama.

Tentunya semua agenda rutin yang mengawali tahun ajaran baru tersebut berlangsung secara tatap muka fisik. Namun tahun ajaran baru saat ini sangat berbeda dibanding sebelumnya. Akibat pandemi global, seluruh kegiatan belajar pun beralih menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).



Termasuk kegiatan pemilihan ketua kelas di awal tahun ajaran kali ini pun berlangsung virtual. Dengan memanfaatkan media teknologi melalui beragam aplikasi. Salah satu yang termudah adalah dengan menggunakan google form

Wali kelas dapat membuat tautan polling digital. Setiap siswa hanya membutuhkan waktu tak sampai satu menit untuk memilih calon ketua kelas yang disukainya. Hasilnya pun dapat langsung terlihat dalam hitungan detik setelah seluruh siswa menggunakan hak pilihnya.

Namun pemilihan ketua kelas secara digital ini ternyata juga memunculkan tantangan lain. Banyak siswa yang belum saling mengenal, bahkan belum pernah bertatap muka dengan teman sekelas. Terutama bagi siswa baru di tingkat kelas termuda di sekolah. Hal ini menjadi tantangan tersendiri.

Para siswa belum memahami karakter teman-teman sekelasnya. Padahal biasanya, berbagai karakter yang tampak akan menjadi salah satu acuan untuk mencalonkan teman sekelas menjadi pengurus kelas. Sebagai wali kelas 7, saya berupaya menyiasati kendala ini dengan satu cara.

Saya berupaya memancing inisiatif siswa untuk mengajukan diri sendiri. Siapa pun yang merasa siap dan sanggup menjadi pengurus kelas, bisa mengajukan diri menjadi calon pengurus kelas. Dan tidak boleh seorang pun yang mengajukan nama temannya.



Mengingat bersikap percaya diri dan berani untuk mengajukan diri seperti ini belum menjadi budaya yang lumrah terjadi di masyarakat kita, maka saya sangat mengapresiasi tiga orang siswa yang berani maju dan siap menjadi pengurus kelas.

Setelah muncul nama-nama calon pengurus kelas, kemudian diberi kesempatan untuk berkampanye mempromosikan dirinya. Menyampaikan segala aspirasinya, agar teman-teman sekelas dapat lebih mengenal karakter para kandidat calon ketua kelas. Tentu saja segala bentuk kampanye ini berlangsung secara virtual. Melalui  teks terketik yang disebarkan melalui grup kelas di aplikasi percakapan.

Sesudah kampanye virtual berlangsung, saya segera membuat dan memberikan tautan untuk memilih salah satu kandidat. Dan segera mengumumkan hasilnya tak lama setelah seluruh siswa di kelas menggunakan hak pilihnya.

Azas langsung, umum, bebas dan rahasia amat sangat terpenuhi dalam kegiatan pemilihan ketua kelas digital ini. Lebih minim peluang seorang siswa untuk mempengaruhi pilihan siswa yang lain. Sebab tiap warga kelas berada di rumah masing-masing. 

Dalam demokrasi digital ini, para siswa juga tak hanya berlatih menggunakan hak pilih mereka dan belajar mengambil keputusan sendiri. Momen ini juga melatih keberanian siswa untuk mampu tampil percaya diri mengajukan diri sendiri menjadi calon pengurus kelas tanpa rasa malu-malu kucing. Orasi kampanye virtual juga melatih kemampuan komunikasi verbal mereka



Ternyata banyak sikap dan karakter positif yang dapat dikembangkan pada siswa melalui pemilihan ketua kelas digital sederhana ini. Dengan durasi hanya sekian menit, kegiatan ini memberi manfaat yang cukup bermakna.


Read more

Rabu, 17 Juni 2020

Let's Read: Membaca Sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan



"Mendidik anak itu dimulai sejak janin berada dalam kandungan. Apa yang ibunya lakukan dan rasakan selama mengandung si anak, biasanya akan ada yang terekam dan meninggalkan jejak pada perilaku anak setelah lahir kelak." 

Demikian wejangan ibunda tercinta saat saya hamil anak pertama dua puluh tahun yang lalu. Ucapan yang berdasarkan teori ilmu psikologi dan parenting, juga sesuai data dan fakta yang Ibu temui langsung dalam ruang praktek konselingnya di salah satu biro psikolog.

"Om Heri itu dulu pemalu bianget. Seje karo ibumu sing kendel percaya diri (berbeda dengan ibumu yang berani dan percaya diri)." cerita Eyang Putri saya suatu hari.

"Sebab waktu Eyang hamil om-mu dulu itu, Eyang nggak PD (percaya diri). Karena Eyang cuma guru di kota kecil, sementara kakak dan adik Eyang semua punya jabatan penting, sering ke luar negeri, dinas keliling Indonesia." tutur Eyang.

"Nah waktu hamil ibumu, Eyang bangga banget, soale akhirnya hamil setelah nunggu setahun lebih kepingin punya anak." lanjut Eyang.

Dan kini, setelah ilmu parenting semakin marak, saya pun mengetahui dan mendengar dari para ahli. Bahwa memang mendidik anak itu di mulai sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan, sejak embrio menjadi janin dalam rahim.

Membaca sejak dalam kandungan

Kebetulan membaca memang hobi saya sejak kecil. Dan saya pun ingin anak-anak saya memiliki kegemaran membaca. Membaca adalah jendela dunia.

Kata-kata dapat membuat manusia melihat dunia tak hanya menghilangkan batas negara, tapi juga melampaui dimensi waktu dan generasi. Apa yang terjadi berabad lalu, dapat kita lihat melalui susunan huruf dan kalimat.

Dalam agama yang saya yakini, membaca atau iqro adalah perintah pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril. Tentu saja, sebab tanpa membaca, bagaimana mungkin segala wahyu dan ilmu dapat tersampaikan ke seluruh belahan dunia.

Karena itu, sejatinya membaca adalah bagian penting dari tollabul ilmi, mencari ilmu. Dan menuntut ilmu adalah ibadah tiada ujung hingga akhir hayat, layaknya salat dan berpuasa di bulan ramadhan.



Dengan berbagai alasan tersebut, saya pun berusaha membangun budaya membaca dan memancing minat membaca anak-anak  sejak mereka bertahta di rahim saya.

Jika banyak ibu di masa itu memperdengarkan alunan musik klasik bagi calon jabang bayi yang dikandungnya, maka saya sangat sering membaca dengan bersuara (read aloud) di masa kehamian.

Pada dua kehamilan pertama di tahun 2000 dan 2001, saya masih berstatus mahasiswi. Sehingga kebanyakan bahan bacaan saya saat itu adalah buku teks atau diktat kuliah. 

Sumber: freepik.com

Teringat pada masa kehamilan kedua, dengan usia anak pertama yang belum setahun, setiap kali menidurkan Si Sulung, maka saya akan mendongeng dengan suara keras isi buku teks atau diktat kuliah, terutama jika esoknya akan menghadapi kuis atau ujian kuliah. Hingga Sulung terlelap.

Mulai dari bacaan Filsafat Komunikasi, Psikologi Komunikasi, Strategi Humas hingga materi Statistika, semua saya bacakan keras tanpa pandang bulu.

Kini, kedua anak itu sudah menjelang usia 20 tahun. Walau belum memasuki dunia mahasiswa, namun buku-buku yang mereka pilih untuk dibaca termasuk kelas berat untuk ukuran siswa SMK.

One day one page

Melalui musyawarah keluarga belasan tahun yang lalu, saya menjelaskan manfaat membaca pada kelima anak saya. Lalu melemparkan pertanyaan, "Gimana ya caranya, supaya kita sekeluarga ini bisa senang membaca?"

Diskusi pun mengalir bersama para bocah usia SD, TK dan batita tersebut. Dan jangan sekalipun meremehkan kekuatan berpikir anak, di usia berapa pun. Karena ternyata mereka seringkali dapat menemukan solusi yang terkadang tak kita pikirkan.

Dalam forum musyawarah keluarga yang memang rutin kami lakukan secara berkala, diskusi berkembang. Brain storming bersama para bocah ini menjadi keseruan tersendiri. Hingga akhirnya kami memutuskan bersama untuk membuat program One Day One Page.

Sengaja hanya membiasakan untuk membaca 1 halaman dalam sehari, sebab angka 1 memberi efek psikologis bagi anak, bahwa kegiatan ini sangat ringan untuk dilakukan. 

"Ah cuma satu halaman, gampang itu sih. Paling lima menit juga selesai. Habis itu aku masih ada banyak waktu untuk main bola." kata anak kedua yang memang sangat aktif berolah fisik.

Cukup satu halaman per hari

Bagaimana untuk para adik balita yang belum bisa membaca?
Si adik akan mendengarkan saya atau kakak membacakan satu halaman buku setiap hari. Tak peduli buku apapun. Bahkan membaca brosur iklan pun tak masalah. Walau dalam satu halaman itu hanya terdiri dari satu kalimat pun tak mengapa.

Kami menyepakati membaca hanya satu halaman saja. Namun faktanya, seringkali anak-anak tidak dapat berhenti hanya di satu halaman. Biasanya akan penasaran untuk membaca halaman selanjutnya, dan seterusnya.

Setelah mengenal Let's Read saya makin terbantu untuk membuat aktivitas seru membaca bersama anak-anak di rumah. Kendati lebih memilih untuk membiasakan mereka membaca dalam wujud media cetak, namun aplikasi ini tak hanya memberikan pilihan untuk membaca secara digital, tapi juga dapat diunduh dan dicetak.

Saya lebih sering mencetak beragam cerita positif dari Let's Read, untuk dibaca oleh anak-anak dalam bentuk media cetak. Sebab saya ingin anak-anak mencintai wujud buku.
Dengan mencetak beragam cerita, ternyata tak hanya keseruan membaca saja yang dapat dilakukan. 

Berimajinasi bersama Let's Read

Tak jarang pula saya menuliskan dengan tangan beberapa cerita dari Let's Read. Tanpa gambar pendukung. Lalu saya akan menantang anak-anak untuk berkreasi membuat gambar sesuai imaji mereka terhadap kalimat-kalimat cerita tersebut.

Kegiatan ini ternyata cukup menyenangkan. Sehingga sesekali saya terapkan juga aktivitas ini di mesjid dekat rumah saat jadwal TPA berlangsung.

Imajinasi gambar salah satu anak 

Sumber: Aplikasi Let's Read


Melatih kemampuan bahasa asing dengan Let's Read

Salah satu keunggulan Let's Read adalah tersedianya banyak bahan membaca yang dapat dipilih ingin menggunakan bahasa yang diinginkan.  Saya memanfaatkan hal ini untuk membuat lagi tantangan membaca menyenangkan dan seru bagi anak-anak.

Pilihan bahasa di aplikasi Let's Read


Terkadang saya mencetak cerita dalam Bahasa Inggris, lalu meminta anak-anak menuliskan arti tiap kata dalam Bahasa Indonesia. Dengan bantuan kamus tentunya.

Atau sebaliknya, mencetak cerita dalam Bahasa Indonesia, untuk diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Tak hanya bahasa asing, bahkan bahasa daerah pun ada.

Lembar aktivitas menterjemahkan kata demi kata 


Sesekali juga kami berkunjung ke situs Let's Read, sebab anak-anak menjadi sering penasaran juga dengan kosakata beragam bahasa lain yang dapat dilihat di situs Let's Read. Hal ini tentu saja melejitkan wawasan mereka dengan cara yang menyenangkan.

Salah satu ragam pilihan bahasa pengantar cerita di situs Let's Read

Bagi para orangtua yang seringkali dilanda bingung untuk menyediakan media baca bagi anak di rumah, jangan ragu untuk unduh aplikasi Let's Read DISINI.
Let's Read sangat memberi solusi bahan bacaan keluarga yang praktis, kreatif dan sangat murah.

#LetsReadAsia #AyoMembaca



Read more
Designed By Risa Hananti. Diberdayakan oleh Blogger.